Surabaya, kota metropolitan yang gemerlap, menyimpan kisah pilu di balik hiruk pikuknya. Kali Jagir, sungai yang membelah kota, menjadi saksi bisu atas kepergian seorang pemuda yang memilih mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis: terjun ke aliran air yang dingin dan berarus deras.
Identitas pemuda tersebut akhirnya terkuak. Dia adalah IM, seorang pemuda berusia 22 tahun yang merantau dari Desa Bulujaran Kidul, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo. Mimpi merantau yang digantungkannya di pundak muda ternyata tak semulus yang dibayangkan.
Kisah IM bermula dari pamitan kepada orang tuanya untuk merantau ke Pulau Kalimantan. Namun, takdir berkata lain. IM justru memilih untuk mengadu nasib di Kota Surabaya, menjadi pengepul rongsokan di kawasan Jalan Raya Nginden, Sukolilo.
Kehidupannya di Kota Pahlawan tak seindah yang diimpikan. IM memilih untuk menyendiri, tinggal di kosan di Kelurahan Keputih, Sukolilo. Kesendirian yang menyelimuti, mungkin menjadi salah satu faktor yang menggerogoti jiwa mudanya.
Pada Rabu sore, 4 September 2024, tragedi terjadi. IM, tanpa diduga, nekat terjun ke Kali Jagir di kawasan Jalan Raya Nginden-Panjang Jiwo, Tenggilis Mejoyo.
Keesokan harinya, Kamis, 5 September 2024, jenazah IM ditemukan di dasar sungai, sekitar 10 meter dari titik dia terjun dari jembatan Nginden. Tim Inafis Polrestabes Surabaya yang melakukan olah TKP memastikan tidak ada tanda kekerasan pada tubuh korban.
"Korban umur 22 tahun. Atas nama IM asal Probolinggo karena tadi orangtuanya sudah datang ke sini bahwa itu putranya. Yang awalnya izin merantau ke Kalimantan. Namun ternyata di Surabaya. Di Keputih, dia tinggal sendiri," ujar Kapolsek Sukolilo, Kompol I Made Patera Negara, kepada awak media di lokasi.
Jenazah IM kemudian dibawa ke kamar mayat RSUD dr Soetomo Surabaya untuk dilakukan visum lanjutan.
Kisah IM menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap kota, terkadang tersembunyi kesedihan dan keputusasaan. Mimpi merantau yang dipendam, mungkin tak selalu berujung bahagia.
Di Balik Tragedi, Sebuah Pertanyaan Mencuat:
Mengapa IM memilih mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis? Apakah ada tekanan hidup yang tak tertahankan? Apakah dia mengalami masalah di tempat kerjanya? Atau mungkin, dia tengah dihantui oleh kesedihan dan kekecewaan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin tak akan terjawab. Namun, kisah IM menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa di sekitar kita, mungkin ada orang-orang yang tengah berjuang melawan beban hidup yang berat.
Pentingnya Dukungan dan Empati:
Kisah IM mengingatkan kita akan pentingnya dukungan dan empati terhadap sesama. Terkadang, orang yang terlihat kuat di luar, menyimpan luka dan beban yang tak tertahankan di dalam hati.
Marilah kita lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Berikan perhatian dan dukungan kepada orang-orang di sekitar kita, terutama mereka yang terlihat kesepian atau tertekan.
Mencari Bantuan:
Jika Anda atau orang yang Anda kenal sedang mengalami kesulitan atau tekanan hidup, jangan ragu untuk mencari bantuan.
Berikut beberapa lembaga yang dapat membantu:
- Layanan Konseling: Anda dapat menghubungi layanan konseling di berbagai rumah sakit, universitas, atau lembaga sosial.
- Hotline Psikologi: Ada berbagai hotline psikologi yang dapat dihubungi secara gratis, seperti "Halo Sehat" (119) atau "Sehat Jiwa" (1500454).
- Organisasi Sosial: Organisasi sosial seperti Yayasan Pulih atau Yayasan Mitra Sehati juga menyediakan layanan konseling dan dukungan bagi mereka yang membutuhkan.
Ingat, Anda tidak sendirian. Ada orang-orang yang peduli dan siap membantu Anda melewati masa-masa sulit.
Catatan:
Artikel ini ditulis berdasarkan informasi yang tersedia di media. Identitas korban dan detail lain yang mungkin sensitif telah diubah untuk melindungi privasi.
[RELATED]