Kabupaten Tulungagung, yang dikenal sebagai lumbung padi di Jawa Timur, kini tengah menghadapi ancaman serius: kekeringan. Dam Pacar, sumber air utama bagi 900 hektar sawah di 9 desa di Kecamatan Boyolangu dan Campurdarat, mengalami penurunan debit air yang drastis. Ancaman gagal panen pun menghantui para petani, yang telah menanam benih harapan di lahan mereka.
Cerita di Balik Dam Pacar yang Mengering
Dam Pacar, yang terletak di Desa Junjung, Kecamatan Sumbergempol, biasanya menjadi penyangga kehidupan bagi para petani di sekitarnya. Air dari dam ini mengalir melalui sistem irigasi, menghidupi tanaman padi yang menjadi sumber penghidupan mereka. Namun, tahun ini, cerita berbeda terukir di Dam Pacar.
Pintu dam yang seharusnya dijaga ketat, justru dibuka secara serampangan oleh perangkat desa setempat tanpa koordinasi dengan pihak terkait. Akibatnya, debit air di Dam Pacar menyusut tajam, mengancam kelangsungan hidup tanaman padi yang telah ditanam.
Dinas PUPR Berjibaku Mencari Solusi
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tulungagung, yang bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya air, bergerak cepat untuk mengatasi krisis ini. Kepala Dinas PUPR Tulungagung, Dwi Hari Subagyo, mengungkapkan bahwa ada dua sumber air yang masuk ke Dam Pacar: Kalidawir dan Lodoyo Blitar.
Sayangnya, aliran air dari Kalidawir tidak bisa diharapkan karena debitnya juga kecil. "Untuk yang dari Kalidawir, butuh waktu 1 bulan untuk menaikkan debit di Dam Pacar. Sementara ini butuhnya cepat," ujar Dwi Hari.
Harapan Tergantung pada Bendungan Lodoyo Blitar
Satu-satunya harapan kini tertuju pada Bendungan Lodoyo Blitar. Dwi Hari telah memerintahkan stafnya untuk berkoordinasi dengan Perum Jasa Tirta (PJT) dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk meminta tambahan pasokan air ke Dam Pacar.
Namun, harapan ini diiringi keraguan. Pasokan air dari Bendungan Lodoyo Blitar telah terencana sesuai dengan masa tanam. "Kami minta supaya pasokan air ke Sumbergempol yang menuju Dam Pacar ini ditambah sedikit saja. Mungkin bisa dilakukan tapi tidak akan maksimal," ungkap Dwi Hari.
Petani Berusaha Menyelamatkan Tanaman
Di tengah kesulitan ini, para petani tidak tinggal diam. Mereka berusaha menyelamatkan tanaman padi mereka dengan memaksimalkan mesin pompa untuk mengairi sawah. Upaya ini dilakukan untuk menekan kerugian yang mungkin akan timbul karena gagal panen.
Mencari Titik Air di Tengah Kekeringan
Kisah Dam Pacar yang mengering menjadi cerminan dari permasalahan yang dihadapi oleh banyak daerah di Indonesia. Kekeringan yang melanda, ditambah dengan pengelolaan sumber daya air yang kurang optimal, mengancam ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
Perjuangan Dinas PUPR Tulungagung untuk mencari titik air di tengah kekeringan ini menjadi bukti nyata bahwa mengatasi krisis air membutuhkan kerja sama dan koordinasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait.
Pelajaran Berharga dari Dam Pacar
Kisah Dam Pacar memberikan pelajaran berharga bagi kita semua:
- Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Air yang Terpadu: Pengelolaan sumber daya air yang terpadu, melibatkan semua pihak terkait, sangat penting untuk mencegah krisis air di masa depan.
- Kesadaran Masyarakat: Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian sumber daya air, seperti tidak membuang sampah ke sungai dan melakukan penghematan air, sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup sumber air.
- Pentingnya Koordinasi dan Kerjasama: Koordinasi dan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait sangat penting untuk mengatasi krisis air dan menjaga kelestarian sumber daya air.
Harapan untuk Masa Depan
Diharapkan, upaya yang dilakukan oleh Dinas PUPR Tulungagung dan para petani dapat menyelamatkan tanaman padi di 900 hektar lahan tersebut. Kisah Dam Pacar ini juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kelestarian sumber daya air, demi masa depan yang lebih baik.
[RELATED]