Yogyakarta, dengan pesonanya yang memikat, tak hanya dikenal sebagai kota budaya dan wisata, tetapi juga menyimpan dinamika ketenagakerjaan yang menarik. Di tengah gemerlapnya pembangunan dan kemajuan teknologi, sebuah fenomena unik terkuak: tren pengangguran di pedesaan DIY justru meningkat, sementara di perkotaan malah mengalami penurunan. Mengapa hal ini terjadi? Mari kita telusuri lebih dalam.
Perbedaan Mencolok: Kota vs Desa
Data yang dihimpun Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY menunjukkan adanya jurang pemisah yang signifikan antara tren pengangguran di perkotaan dan pedesaan. Di perkotaan, angka pengangguran terbuka mengalami penurunan yang cukup signifikan, sementara di pedesaan justru mengalami peningkatan.
Menelisik Jejak Pandemi:
Penyebab utama dari fenomena ini tak lain adalah pandemi Covid-19. Pandemi telah menjadi katalisator transformasi ketenagakerjaan di DIY, khususnya dalam hal pemanfaatan teknologi informasi.
Transformasi Ketenagakerjaan: Peluang dan Tantangan
Di perkotaan, akses terhadap infrastruktur teknologi informasi lebih mudah, sehingga penduduknya lebih siap menghadapi transformasi ketenagakerjaan yang digerakkan oleh pandemi. Banyak pekerja yang beralih ke sistem kemitraan, memanfaatkan platform digital untuk mencari pekerjaan dan menjalankan bisnis.
Kesenjangan Digital: Penghambat di Pedesaan
Di sisi lain, pedesaan menghadapi kendala yang berbeda. Infrastruktur teknologi informasi yang terbatas menjadi penghambat utama bagi penduduk desa dalam mengikuti arus transformasi ketenagakerjaan. Keterbatasan akses internet, perangkat digital, dan literasi digital membuat mereka sulit bersaing di pasar kerja yang semakin digital.
Dampak PHK: Kembali ke Desa, Mencari Peluang Baru
Pandemi juga memicu gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor, termasuk di perkotaan. Banyak pekerja, khususnya mereka yang berusia di atas 45 tahun, memilih untuk kembali ke desa, mencari peluang baru. Namun, terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan membuat mereka terjebak dalam lingkaran pengangguran.
Solusi dan Strategi: Membangun Kesetaraan
Untuk mengatasi disparitas ini, diperlukan upaya serius dari berbagai pihak. Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan:
- Meningkatkan Akses Teknologi Informasi di Pedesaan: Pembangunan infrastruktur internet, pelatihan literasi digital, dan penyediaan perangkat digital menjadi kunci untuk membuka akses bagi penduduk desa terhadap peluang kerja di era digital.
- Membangun Ekosistem Kewirausahaan di Pedesaan: Pengembangan program pelatihan kewirausahaan, akses modal usaha, dan pemasaran produk lokal dapat membantu penduduk desa menciptakan lapangan pekerjaan baru.
- Memperkuat Program Keterampilan dan Pelatihan: Program pelatihan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja di pedesaan dapat meningkatkan daya saing penduduk desa.
- Meningkatkan Peran Pemerintah: Pemerintah perlu berperan aktif dalam menciptakan kebijakan yang mendukung pengembangan ekonomi di pedesaan, seperti program padat karya, bantuan modal usaha, dan pengembangan infrastruktur.
Membangun Masa Depan yang Lebih Baik:
Menangani disparitas pengangguran di perkotaan dan pedesaan bukan hanya soal angka, tetapi juga soal keadilan sosial dan kesempatan yang setara. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi semua, di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk meraih potensi terbaiknya, tanpa terhalang oleh lokasi geografis.
Catatan:
Artikel ini ditulis berdasarkan data yang tersedia dan informasi dari sumber terpercaya. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika ketenagakerjaan di DIY, serta mendorong diskusi dan solusi untuk mengatasi masalah pengangguran di pedesaan.
[RELATED]